TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mencatat penjualan pada libur Natal dan Tahun Baru belum bisa mengompensasi hilangnya pendapatan pada masa Ramadan dan Idul Fitri. Pelaku usaha sebelumnya menargetkan penjualan pada libur akhir 2020 bisa terkerek dan lebih baik dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
“Dari pengamatan kami sejauh ini ternyata belum bisa mengompensasi hilangnya potensi penjualan pada awal pandemi yang bersamaan dengan Ramadan dan Lebaran,” kata Ketua Umum Aprindo Roy N. Mandey saat dihubungi, Jumat, 1 Januari 2021.
Roy memperkirakan penjualan yang terealisasi hanya mencapai 50 persen dari target yang dipatok pelaku usaha. Jika selama Ramadan dan Idul Fitri yang jatuh pada Mei memperlihatkan penurunan indeks penjualan riil 20,6 persen secara tahunan, Roy menaksir IPR pada Desember turun sekitar 8 persen dibandingkan tahun lalu.
"Memang penurunan tidak sedalam saat Ramadan dan Lebaran, tetapi memang belum menunjukkan recovery,” imbuhnya.
Pada masa normal, penjualan pada festive season menyumbang sampai 40 persen dari total penjualan tahunan. Sebagai contoh, dengan total penjualan mencapai Rp 270 triliun pada 2019, maka total penjualan ritel pada Ramadan dan Lebaran sendiri sudah menyumbang Rp 108 triliun.
Roy mengatakan penjualan pada Ramadan dan Lebaran 2020 turun sekitar 40 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Sehingga nilai penjualan yang diraup maksimal mencapai Rp 64 triliun. Sementara untuk akhir tahun, sumbangan penjualan ditaksir mencapai 17,5 persen dari total penjualan tahun lalu.